Sastra
Melayu Lama (Klasik)
Tugas : Bahasa
Indonesia
Pembina :
Hj. Rohmiati
Oleh :
Fajar Faadhilah
Bandar
Lampung
2010-2012
Sastra Melayu Klasik
Mengidentifikasi Karaktristik dan struktur Unsur Intrinsik Sastra Melayu
Klasik
Karya sastra
Melayu Klasik atau karya sastra Indonesia lama/kuno adalah karya sastra yang
berkembang pada zaman masyarakat tradisional yang hidup dan berkembang secara
turun-temurun. Dalam periodisasi sastra Indonesia, karya sastra Melayu Klasik
termasuk karya sastra yang dihasilkan oleh para sastrawan periode abad ke-18
hingga paruh pertama abad ke-19. Namun, sebenarnya, tidak ada ukuran pasti
mengenai tahun lahir dan berkembangnya. Pada umumnya, karya-karya sastra Melayu
Klasik disampaikan dari mulut ke mulut dengan bahasa lisan dalam bentuk
“tembang” atau lagu.
Mengidentifikasi Karakteristik Karya
Sastra Melayu Klasik
Bentuk:
puisi terikat: Pantun, syair, mantra, bidal, seloka, gurindam
1.
Prosa:
dongeng, tambo, hikayat, cerita panji, kaba, legenda
2. Bahasa: arab Melayu, Melayu
tradisional, daerah
3. Tema: kaku, istanasentris, adat
istiadat, mistis
4. Dipengaruhi: Kehidupan tradisi,
kesetiaan terhadap adat istiadat, kebudayaan daerah, sastra Hindu dan Islam
5. Sifat masyarakat: statis, perubahan
sangat lambat
6. Sifat kaya sastra: statis, baik
bentuk maupun temanya
7. Sifat isi: khayal atau fantasi
8. Pengarang: anonym, tak dikenal
9. Penyajian: lisan dan tertulis,
tetapi sebagian besar secara lisan
10. Gaya: menggunakan bahasa klise
11. Isi/amanat/pesan: pendidikan,
pelipur lara, kepahlawannan, mite, legenda
12. Tokoh: manusia, tumbuhan, binatang
Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Kaya Sastra Melayu
Klasik
Setiap karya
sastra dibangun oleh dua unsur utama, yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsic adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur
ekstrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Unsur
intrinsic prosa adalah sebagi berikut:
1. Tema: Masalah yang dibahas
2. Amanant: pesan moral yang ingin
disampaikan penulis
3. Alur: rangkaian peristiwa yang
membentuk jalan cerita.
Berdasarkan
waktu, alur dapat dibagi menjadi:
a.
Alur maju:
kejadian sekarang ke masa depan
b. Alur mundur: kejadian dulu ke masa
sekarang
c.
Alur
campuran: gabungan alur maju dan mundur
4. Latar: latar tempat, suasana, waktu
terjadinya peristiwa
5. Sudut pandang: cara penulis untuk
menyampaikan cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama atau ketiga.
6. Penokohan: penetapan TU dan TT serta
penampilan wataknya.
7. Gaya bahasa: pilihan kata dan
struktur kalimat yang digunakan pengarang
Puisi
Secara garis besar, puisi Indonesia digolongakan menjadi 2
Kelompok, yaitu puisi lama dan puisi modern. Pengertian lama dan modern ini
bukan sekedar menunjukan pada perbedaan waktu puisi ini lahir, melaikan lebih
pada ciri-ciri yang berlainan. Puisi lama banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang berkiblat pada sastra Arab dan sastra
Hindu, sedangkan puisi modern
merupakan hasil persentuhan dengan budaya Eropa.
Salah satu ciri puisi lama adalah bentuknya sangat terikat pada
sejumlah aturan. Sebagai contoh, jumlah baris dalam bait dan jumlah kata dalam
satu baris puisi tidak boleh dibuat sesuka hati penulis. Penulis harus
mengikuti ketentuan tak tertulis, tetapi seakan-akan sudah dibakukan. Selain
itu, puisi juga harus membentuk irama tertentu. Penulis harus mengikuti
pola-pola rima atau persajakan sehingga irama yang dihasilkan tidak menyimpang.
Kedudukan aspek bentuk yang diwujudkan melalui bait, baris, kata, rima itu
sangat sehingga terkadang makna atau isi puisi dikesampingkan. Banyak puisi
lama yang hanya berupa rangakaian kata-kata berima dan tidak mengangdung
makna.
Saat ini, ada 2 jenis puisi lama yang masih sangat populer
dalam masyarakat, yaitu pantun dan syair. Meski sudah jarang dibuat secara
sungguh-sungguh, dalam kesempatan-kesempatan tertentu, kedua puisi lama itu
masih digunakan untuk berbagai keperluan.
Berikut ini adalah contoh puisi lama tersebut:
Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja
Hindustan,
Tersebutlah pula suatu
perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka
sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putera baginda,
Besarlah sudah bangsawan
muda,
Cantik menjelis' usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang-gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina.
Akan Rahmah puteri bangsawan,
Parasnya elok sukar dilawan,
Sedap manis barang kelakuan,
Sepuluh tahun umurnya tuan.
A.
PROSA LAMA
B.
- Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang
isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi
1.
Fabel, yaitu dongeng tentang
kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar
menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan
B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk
sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret.
Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir,
bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengandung ajaran moral).
2.
Farabel, yaitu dongeng tentang
binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau
benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya
merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
3.
Legende, yaitu dongeng yang
dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah
mengandung unsur sejarah.
4.
Mythe, yiatu dongeng yang
berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang
berhubungan dengan kepercayaan animisme.
5.
Sage, yaitu dongeng yang mengandung
unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick
Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird”
yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis,
terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan
tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau
mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan
dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng
yang biasanya optimis)
- Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa
Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian
isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat
hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto
memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan
kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci
di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya,
kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
- Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu
cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.
- Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang
pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang,
dan selalu memperoleh kemenangan.
CONTOH PROSA
Cinta Sejati Seorang Ibu
Wanita
itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang
masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan
bualan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka
tidak kurang pula bercakap dalam bentuk syair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah
nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di
kalangan orang Arab. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang
bernama Sakhr :“Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang.
Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang dii ufuk barat Kalaulah tidak
kerana terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka,
nescaya aku bunuh diriku.”
Setelah
Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan
untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang
putera yang kesemuanya diajar ilmu bersyair dna dididik berjuang dengan berani.
Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan
kepentingan Islam. Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan
takut menghadapi peperangan dan cabaran.Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar
Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi. Semua
Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka
terkumpullah seramai 41,000 orang tentera. Khansa telah mengerahkan
keempat-empat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu.
Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang
bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuan tentera Islam.
Dengarlah
nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang,
“Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu
berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia,
sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang
wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah
memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturuna kamu,
dan aku tidak pernah mengubah perhubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang
disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu.
Ketahuilah bahwasaya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang
binasa.”Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang
bermaksud, “Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran
itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga
menjadi orang yang beruntung.” Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar
nasihat bonda yang disayanginya.
Seterusnya
Khansa berkata, “Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan
selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua
pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api
pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang
bergejolak, masuklah akmu ke dalamnya. Dan dapatkanlah puncanya ketika terjadi
perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berjaya mendapat balasan di kampung
yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal.”Subuh esoknya semua tentera Islam
sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah
iaitu solat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah memberikan mereka kemenangan
atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan
arahan agar bersiap-sedia sebaik saja semboyan perang berbunyi. Perang satu
lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran
besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah
200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin
akan pertolongan Allah .Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang
memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bondanya, mereka tidak
sedikit pun berasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari
mereka bersyair,
“Hai
saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil
kita semalam dan membekalkan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya
bernas dan berfaedah. Insya Allah akan kita buktikan sedikit masa lagi.”
Kemudian
ia maju menetak setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak
kedua maju dan menentang setiap musuh yang mencabar. Dengan semangat yang
berapi-api ia bersyair,“Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu
tua kami Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah
bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga
kau lihat keluarga Kaisar musnah.”
Anak
Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan bersyair,
“Sungguh
ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Beliau telah
menggalakkan kita agar bertindak cekap dan berakal cemerlang Itulah nasihat
seorang ibu tua yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri Mari! Segera
memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan
kemenangan yang bakal membawakegembiraan di dalam hati Atau tempuhlah kematian
yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi.”Akhir sekali anak keempat menghunus
pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun
bersyair,
“Bukanlah
aku putera Khansa’, bukanlah aku anak jantan Dan bukanlah pula kerana ‘Amru
yang pujiannya sudah lama terkenal Kalau aku tidak membuat tentera asing yang
berkelompok-kelompok itu terjunam ke jurang bahay, dan musnah mangsa oleh
senjataku.”
Bergelutlah
keempat-empat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga
diiringi oleh doa munajat bondanya yang berada di garis belakang. Pertempuran
terus hebat. Tentera Islam pada mulanya kebingungan dan kacau kerana pada
mulanya tentera Farsi menggunakan tentera bergajah di barisan hadapan,
sementara tentera berjalan kaki berlindung di belakang binatang tahan lasak
itu. Namun tentera Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata
dan bahagian-bahagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan
tuan yang menungganginya, memijak-mijak tentera Farsi yang lannya. Kesempatan
ini digunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima perang
bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang
menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi
merah. Pasukan Farsi kalah teruk, dari 200,000 tenteranya hanya sebahagian
kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.Umat Islam lega. Kini mereka mengumpul
dan mengira tentera Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di
medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7,000 orang. Dan daripada 7,000 orang
syuhada itu terbujur empat orang adik-beradik Khansa. Seketika itu juga
ramailah tentera Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahwa
keempat-empat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu
dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah
dengan ucapan,“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan
mensyahidkan mereka, dan aku mengahrapkan darii Tuhanku, agar Dia mengumpulkan
aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!”
Al-Khansa
kembali semula ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan
meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa
peperanan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan ‘Ummu syuhada
yang ertinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid.”
0 komentar:
Posting Komentar